Pendekatan Humanis dalam Membentuk Pendidikan Karakter Kaum Millenial di Madura

Authors

  • Tatik Hidayati Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (INSTIKA) Guluk-Guluk Sumenep
  • Fadhilah Khunaini Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (INSTIKA) Guluk-Guluk Sumenep
  • Mildayanti Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (INSTIKA) Guluk-Guluk Sumenep
  • Lindawati Lidya Atika Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (INSTIKA) Guluk-Guluk Sumenep
  • Linawati Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (INSTIKA) Guluk-Guluk Sumenep
  • Qibtiyah Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (INSTIKA) Guluk-Guluk Sumenep

Keywords:

Pendekatan Humanis Pendidikan karakter, Kaum Millenial

Abstract

Tulisan ini bermaksud menjelaskan cara melakukan character building pada kaum millenial yang ada di pedesaan Madura. Banyak kasus yang terjadi di masyarakat berkaitan kejahatan, pelanggaran-pelanggaran norma yang terjadi di masyarakat yang di lakukan kalangan millennial. Kondisi tersebut membuat keprihatinan banyak kalangan dan beranggapan bahwa penyebabnya adalah kegagalan pendidikan karakter terhadap generasi millenial. Untuk itu tulisan ini akan mengkaji tentang upaya sebuah masyarakat dalam melakukan Pendidikan karakter terhadap generasi millennial di desa mereka dengan pendekatan humanis. Yaitu menjadikan kaum millennial sebagai subyek pembentukan karakter yang harus dipenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka sesuai dengan bakat, minat dan kesenangan yang ada pada diri mereka. sehingga tulisan ini didasarkan pada data dilapangan yang dikumpulkan selama dua bulan. Dimana data dikumpulkan melalui proses observasi, interview dan FGD. Dengan menggunakan analisis diskriptif interpretatif. Pengumpulan data di pandu dengan teori hierarkhi need Abraham Maslow seorang penggagas psikologi humanistik. Temuan penelitian ini mendiskripsikan masyarakat desa (pemerintahan desa dan tokoh masyarakat) mengawali dengan apa yang menjadi keinginan pemuda berdasarkan bakat pemuda didesa tersebut, selanjutnya dibuatkan sebuah fasilitas sesuai yang mereka butuhkan yaitu lapangan footsall dan membentuk group al-banjari, dan bengkel otomotif. Langkah ini kemudian diikuti dengan mengajak mereka dalam sebuah kelompok-kelompok kajian agama yang dipimpin oleh kiai. Partisipasi dan keikutsertaan penuh para pemuda telah menurunkan tingkat kenakalan remaja yang ada di desa tersebut, sehingga mereka beralih kepada aktifitas yang bersifat positif secara bersama-sama. Sehingga kegiatan keagamaan banyak berkembang dengan disertai dengan proses transformasi tradisi lokal dan nilai-nilai agama. Temuan ini dapat menjadi koreksi terhadap pendidikan karakter dan di jadikan best practice di tempat lain.

Downloads

Published

2023-03-31

Issue

Section

Articles