Syura dan Demokrasi dalam Al-Qur’an Perspektif Al-Dakhil fi Al-Tafsir

Authors

  • Ilyas Ilyas Institut Ilmu Keislaman Annuqayah Sumenep
  • Ahmad Faidlal Pondok Pesantren Nurul Islam Karang Cempaka Bluto Sumenep

Abstract

Dalam memahami ayat-ayat demokrasi tentu diperlukan sebuah teori tertentu untuk memastikan apakah ayat tersebut sebagai landasan absahnya demokrasi atau  ayat tersebut memiliki maksud lain. Oleh karena itu, fakta empiris dan historis antara demokrasi dengan syura menjadi titik tekan tersendri dalam memahami ayat yang dianggap sebagai dalil demokrasi tersebut. Teori munasabah kami jadikan sebagai pisau analisis, hal itu karena antara potongan ayat (Demokrasi) yang satu dengan yang lainnya memiliki interkoneksi yang tidak terputus. Berdasarkan hasil analisis penulis dalam penelitian ini terhadap ayat yang dijadikan landasan diterimanya demokrasi ternyata terkesan janggal jika memaksakan demokrasi sebagai kata yang menjadi tafsir dari Ayat Al Qur’an surat Asy Syûra (42): 37, Ali Imran (03): 159, maupun  Al Baqarah (02): 233, hal demikian karena realitanya demokrasi sebagai sistem pemerintahan yang muncul dari landasan berfikir pemisahan agama dari kehidupan menjadi hal mendasar bertolak belakangnya dengan spirit Al Qur’an, Syariah dalam demokrasi hanya sebatas option (pilihan) bukan obligation (kewajiban). Menjadikan demokrasi sebagai produk tafsir dari ayat Al Qur’an tidak dapat lagi disebut sebagai pengembangan khazanah islam, namun hal tersebut hanya akan merongrong sakraralitas Al Qur’an dan menjadi produk tafsir yang gagal dan menyimpang, atau dengan sebutan Al Dakhîl fi al tafsir (sesuatu yang menyusup ke dalam tafsir).

Downloads

Published

2018-05-10

Issue

Section

Articles